Cari Blog Ini

Label

Navigation

Bercumbu Dengan Tante Selama Hari Rasakan Orgasme

Bercumbu Dengan Tante Selama Hari Rasakan Orgasme



CERITA SEKS - Jam lima pagi, saya terbangun lagi. Kesempatan ini merasa agak dingin dihembus kipas angin dari atas. Kuambil selimut sembari lihat Tante yang masih tetap berposisi telanjang bongkok udang. Hal semacam ini menarikku untuk memeluknya dari belakang. Kutebarkan selimut lebar ini sampai menutupi badan kami berdua. Tangan kiri kusisipkan dibawah tubuhnya serta tangan kananku kupelukkan melingkupi dadanya. Pinggulku kulekatkan ke arah pantatnya, hingga automatis zakarku melekat di situ juga, di sela-sela paha belakangnya.

Basic darah mudaku masih tetap panas, sesaat lalu burung kecilku telah jadi ‘garuda’ perkasa yang siap tempur lagi. Kugerak-gerakkan menusuki sela-sela paha belakang Tante. Tanganku juga tak tinggal diam serta mulai memelintir puting Tante kiri-kanan seraya meremas-remas gumpalan kenyal ini. Kontan memperoleh perlakuan seperti ini Tanteku terbangun serta bereaksi.

“Sudah, Ron..! Janganlah lagi..! ” badan Tante beringsut menjauhiku, tetapi saya terus memeluknya erat.

Bahkan juga dengkulku saat ini berusaha buka pahanya dari belakang. Tante beringsut menjauh lagi serta ke-2 tangannya berupaya melepas pelukanku.

“Jangan, Ron..! Saya itu Tantemu. ” rintihnya sembari terus membelakangiku.

“Tapi, yang tadi kita telah mengerjakannya, Tante? ” tanyaku tak tahu. Pelukanku terus.

“Ya. Ta.. yang tadi Tante.. khilaf.. ”

“Khilaf..? Namun kita telah mengerjakannya hingga 2 x Tante? ” saya tak habis tahu.

Kulekatkan lagi zakarku ke pantatnya. Tante menghindar.

“Ii.. ya, Ron. Tante yang tadi betul-betul tidak dapat.. menahan nafsu.. Tante telah lama tak lakukan itu mulai sejak Oom-mu wafat. Serta saat ini anda merangsang Tante hingga Tante terlena. ”

“Masak terlena hingga 2 x? ”

“Yang pertama memanglah. Tante baru terbangun sesudah.., Roni mem.. masuk Tante. Tante ingin melawan namun tenagamu kuat sekali hingga pada akhirnya Tante diam serta jadi jadi terlena. ”

“Kalau yang ke-2, Tante..? ” tanyaku mau tahu sembari mendekap lebih erat. Tante menghindar serta menepisku lagi.

“Kamu mencium bibir Tante. Di situ lah kekurangan Tante, Ron. Tante senantiasa terangsang bila berciuman.. ”

“Oh, bila demikian Tante kucium saja saat ini ya..? Agar Tante bernafsu lagi. ” pintaku bernafsu sembari berusaha memalingkan muka Tante. Namun Tante menampik keras.

“Jangan, Ron..! Telah cukup. Kita janganlah berzinah lagi. Tante terasa berdosa pada Oom-mu. Hik.. hik.. hik.. ” Tante terisak.

Saya jadi mengendurkan serangan, walau terus memeluknya dari belakang.

Lalu kami terdiam. Dalam dekapanku merasa Tante tengah menangis. Badannya berguncang kecil.

“Ya telah, Tante. Saat ini kita tidur saja. Namun bolehkan Roni memeluk Tante seperti itu..? ”

Tak kuduga Tante malah berbalik menghadapku sembari membenarkan selimut kami serta berkata, “Tapi anda mesti janji tidak bakal menyetubuhi Tante lagi kan, Ron? ”

“Iya, Tante. Saya janji.., anggap saja Tante saat ini tengah memeluk anak Tante sendiri. ”

Sepintas kulihat bibir Tante tersenyum. Dibawah selimut, saya kembali memeluknya serta kurasakan tangan Tante juga memelukku. Buah dada besarnya menghimpit dadaku, namun saya coba mematikan nafsuku. Zakarku, walau menyentuh pahanya, juga kutahan agar tak tegang lagi. Muka kami berhadap-hadapan hingga napas Tante merasa menimpa hidungku. Matanya terpejam, saya juga coba tidur.

Mungkin saja karena sangat lelahnya, dengan cepat Tante terlelap lagi. Tetapi lain perihal dengan saya. Selalu jelas, walau telah berjanji, mana dapat saya mengekang selalu nafsu birahiku, terlebih si ‘garuda’ kecilku yang telah mulai mengepakkan sayapnya lagi. Dengan tempelan buah dada sebesar ini di dada serta pelukan hangat badan polos menggairahkan berikut, mana dapat saya tidur tenang? Mana dapat saya menahan syahwat? Jujur saja, saya telah betul-betul mau selekasnya menelentangkan Tante, menusuk serta memompanya lagi!

Namun saya telah janji akan tidak menyetubuhinya lagi. Mestikah janji itu kuingkari? Apa akal? Dapatkah tak memungkiri janji namun terus bisa menyebadani Tante? Benakku selekasnya berputar, serta selekasnya ingat beberapa kata Tante yang tadi bahwa dia termudah terangsang bila di cium. Kenapa saya tak menciumnya saja? Tidakkah mencium tak sama juga dengan menyetubuhi?

Ya, pelan namun tentu kusisipkan kaki kiri dibawah kaki kanan Tante, tengah kaki kananku kumasukkan diantara kakinya hingga ke empat kaki kami sama-sama bertumpang tindih. Saya tak peduli zakarku yang telah jadi tonggak keras menempel di pahanya. Kurapatkan pelukan serta dekapanku ke badan Tante, wajahku kudekatkan ke berwajah serta perlahan-lahan bibirku kutautkan dengan bibirnya.

Lidahku kembali berusaha masuk rongga mulutnya yang agak menganga. Saya selalu bertahan dengan posisi erotis itu sembari agak menghimpit sisi belakang kepala Tante agar pertautan bibir kami tak terlepas. Serta usahaku nyatanya tak percuma. Sesudah seputar 30 menit lalu, badanku mulai pegal-pegal, kurasakan gerakan lidah Tante. Dan merta gerakannya kubalas dengan jilatan lidah juga.

“Emm.. emm.. mm.. ” desis Tante sembari membelit lidahku.

Kepalanya kutekan semakin kuat serta saya berupaya menyedot lidahnya sampai masuk ke mulutku. Kukulum lidahnya serta kupermainkan dengan lidahku. Kusedot, kusedot serta kusedot selalu hingga Tante agak kesakitan, lalu kubelit-belit lagi dengan lidahku. Ya, silat lidah itu berjalan cukup lama serta saat tanpa ada berniat pahaku menyenggol vagina tante, merasa agak basah. Tentu Tante terangsang, fikirku. Namun saya tidak ingin mengawali, takut tidak mematuhi janji. Agar Tante saja yang aktif.

Jadi saya juga berupaya meningkatkan daya rangsang pada diri Tante. Pelan tangan kirinya kubimbing untuk menggenggam zakarku. Walau awal mula malas, namun lama kelamaan digenggamnya juga ‘garuda perkasa’-ku. Bahkan juga dipijit-pijit hingga saya juga menggelinjang keenakan.

“Shh.. shh..! ” desisku sembari mengulum lidahnya.

Tangan kananku, sesudah menuntun tangan kiri Tante menggenggam zakarku lalu melanjutkan perjalanannya ke celah paha Tante yang telah basah. Kusibakkan rambut-rambut tidak tipis ini, mencari celah-celah lalu menyisipkan jari telunjuk serta tengahku di situ. Kugerakkan ke keluar-masuk serta Tante mendesis-desis, genggamannya di zakarku merasa mengeras. Saya tak tahan lagi.

“Masukin ya, Tante? ” bisikku, lupa pada janjiku.

“Ja.. janganlah, Ron..! ”

“Ak.. saya tidak tahan lagi, Tante..! ” pintaku.

“Di.. dijepit paha saja ya, Ron..? ”

Tanpa ada kusuruh, Tante lalu telentang serta mengangkangkan pahanya. Pelan saya menaikinya. Tante menuntun zakarku diantara pahanya seputar sejengkal dibawah vagina, lalu menjepitnya. Ia menggerak-gerakkan pahanya hingga zakarku terpelintir-pelintir nikmat sekali.

Payudara besar Tante menghimpit dadaku juga. Tangan kiriku mengutil-ngutil puting kanannya. Ciuman ke bibirnya kulanjutkan lagi, jemari tangan kananku juga selalu berusaha masuk vagina Tante serta mengocoknya.

“Heshh.. heshh.. Ron.. mm.., ” Tante susah bicara lantaran mulutnya masih tetap kukulum.

“Tanganmu.. Ron..! ” tangan kanan Tante berupaya hentikan aktivitas tangan kiriku di putingnya, tengah tangan kanannya berupaya hentikan aktivitas jemari kananku di vaginanya.

Dipegangnya jemariku. Saya hentikan gerakan, namun tiga jari terus terendam di vagina basah ini serta kukutil-kutil kecil. Hingga Tante tak tahan serta mengangkangkan sedikit pahanya sampai jepitan pada zakarku lepas. Cepat kutarik jemariku dari situ serta kunaikkan sedikit badanku hingga saat ini ubah zakarku ada di pintu gerbang nikmat ini. Kepalanya jadi telah menyeruak masuk.

“Hshh.. Ron, janganlah dimasukkan..! ” Tante cepat-cepat memegang zakarku, digenggamnya.

“Tapi saya telah tidak tahan Tante.. ” desisku.

“Cukup kepalanya saja, Ron.. serta janganlah dikocok..! ” Tante memperketat genggamannya, sesaat saya makin memperderas desakan ke vaginanya.

“Ii.. ingat janjimu, Ron..! ”

“Ta.. namun Tante juga mau kan? ” tanyaku polos.

“Ii.. iya sich, Ron. Tante juga telah tidak tahan. Namun itu zinah namanya. ”

“Apa bila tak dimasukkan bukanlah zinah, Tante? ” tanyaku bloon.

“Bu.. bukanlah, Ron. Asal burungmu tak masuk ke vagina Tante, bukanlah zinah.. ” saya jadi bingung.

Selalu jelas tak tahu pengertian zinah menurut Tante itu.

“Kalau demikian, apa Tante mempunyai jalan keluar? Kita telah keduanya sama terangsang berat. Namun kita tidak mau berzinah. ”

“Egh.. gini saja Ron. Tante bakal.. ugh.. mengulum punyamu. Turunlah sebentar..! ”

Serta saya juga menurut, turun dari atas Tante serta telentang. Tante bangkit lalu memutar tubuhnya serta mengangkangiku. Mulutnya ada diatas zakarku serta vaginanya diatas wajahku. Kurasakan ia mulai menggenggam serta mengulum ‘garuda perkasa’-ku. Dikulum serta digerakkan naik turun di mulutnya.

Shiit.. hsshh.. nikmat sekali. Jemariku selekasnya menangkap pinggulnya yang bergerak maju mundur serta selekasnya kuselipkan empat jari kanan ke vaginanya. Kugerakkan cepat, jadi agak kasar, keluar masuk hingga basah seluruhnya.

“Ugh.. uughh.. uagh.. Ron..! Ron, Tante ingin keluar, mm.. mm.. ” Tante selalu mengulum sembari meracau.

Dalam waktu relatif cepat lalu badannya berhenti bergerak, lalu pinggul yang kupegangi merasa berkejat-kejat. Lalu cairan hangat membanjiri tanganku serta beberapa menetesi dadaku. Kurasakan cairan ini seperti air maniku cuma lebih encer serta bening.

Tante lalu terkapar kelelahan di atasku dengan posisi mulutnya terus mengulum zakarku sembari mengocoknya. Tak berapakah lama, saya juga terasa ingin keluar.

“Egh.. egh.. Tante. Saya ingin keluar..! ” Tante jadi mempercepat kocokannya serta memperdalam kulumannya.

Saya berkejat serta muncrat masuk mulut Tante serta ditelannya, seluruhnya habis ditampung mulut Tante. Pada akhirnya saya juga lemas serta turut menggelepar kelelahan.

Tangan-kakiku terkapar lemas ke kiri-kanan. Tante juga terkapar kelelahan tetapi mulutnya masih tetap selalu menjilati zakarku hingga bersih, barulah lalu dia berbalik serta memelukku. Muka kami bertemu, mata Tante merem-melek.

“Kalau yang baru saja itu bukanlah zinah tante? ” tanyaku lagi.

“Bukan, Ron.. lantaran anda tak memasukkan burungmu ke vagina Tante. ” jawabnya sembari mata memejam.

Saya tidak paham apakah jawabnya ini benar atau salah. Tetapi, sesudah kupikir-pikir, saya lalu ajukan pertanyaan lagi, “Jadi bila demikian, bisa dong kita lakukan lagi seperti yang baru saja itu, Tante? ”

“He-eh.. ” jawabnya sembari terkantuk-kantuk lalu dengkur kecilnya mulai terdengar lagi.

Jam enam pagi saat itu. Saya juga selekasnya menyebarkan selimut lagi diatas badan polos kami serta memeluknya dengan ketat. Terasa saya tidak ingin melepas badan Tante walaupun dalam waktu relatif cepat juga. Persetan dengan pekerjaan, persetan dengan kuliah. Berniat saya juga tak mengingatkan Tante bakal pekerjaan kami. Saya jadi mengharapkan bermalam lagi semalam, agar ada peluang bersebadan dengan Tante lebih lama lagi. Selama seharian itu saya ingin bercumbu selalu dengan Tante, hingga spermaku keluar sepuluh kali lagi! Demikian angan-angan jorokku.

Ya, pada akhirnya memanglah kami hari ini tak keluar kamar serta perpanjang bermalam satu hari lagi. Sepanjang didalam kamar, diatas ranjang, kami tak pernah kenakan pakaian barang selembar juga. Nyaris tiap-tiap tiga jam sekali saya serta Tante keduanya sama alami orgasme, walau cuma gunakan pertolongan tangan atau mulut serta lidah.

Jam delapan pagi, sebelas, dua siang, lima sore, delapan malam, sebelas malam, dua pagi, lima pagi serta delapan paginya lagi kami senantiasa terkejat-kejat serta orgasme nyaris berbarengan. Sepanjang ini memanglah Tante masih tetap senantiasa ingat untuk menampikku yang mau memasukkan penisku ke vaginanya, serta saya juga menurutinya.

Tetapi, pada akhirnya Tante terlena serta saya juga bebas memasukkan penisku ke vaginanya. Tentu sesudah kami pulang dari perjalanan usaha terkesan ini, serta kembali pulang ke tempat tinggal. Peluang ini terbuka lebar lantaran memanglah saya sukai tinggal di tempat tinggalnya.
Share
Banner

LELAKI CADANGAN

Post A Comment:

0 comments: