Lelaki Cadangan - Perselingkuhanku Dengan Suami Kakakku, Aku seorang gadis dewasa dengan perawakan yang terbilang cantik dan mulus, tinggiku 169 cm, kuning langsat warna kulitku, wajahku sedikit tirus, badan ku langsing, ukuran payudarah ku 36B cukup montok kalo di lihat dari samping. Status ku masih perawan loh, belum ada yang pernah merasakan lobang vaginaku, cuman sesekali aku sentuh untuk menikmati rasanya masturbasi, yaa maklum saja namanya juga Poker Deposit Pulsa gadis remaja, aku juga punya hasrat, namun aku takut untuk berhubungan seks. Cuman saat aku masturbasi aku sering membayangkan barang lelaki yang masuk ke dalam lobang kewanitaanku, namun nyatanya aku tidak memasukan tanganku ke dalam, hanya sebatas imajinasi saja.
Suatu hari aku berkunjung ke rumah Mba ku yang bernama Rani,
aku berniat untuk menginap di rumahnya, sebagai informasi Mba Rani ini baru
saja menikah, ya kira kira 6 bulan yang lalu, namun dia belum di karuniai anak.
Malam itu aku tidur di sebelah kanan, Mbak Rani di tengah dan Mas Ton di
sebelah kiri. Malam itu aku berbincang-bincang dengan kakakku sampai larut
malam, kulihat Mas Ton sudah tertidur lebih dulu. Sampai akhirnya kami
kehabisan cerita dan tertidur. Kurang lebih jam 04:00 pagi Mbak Rani bangun dan
keluar kamar untuk urusan dapur. Aku tahu ini adalah kebiasaan sewaktu remaja.
Dia selalu bangun paling awal.
Sebenarnya aku juga terjaga ketika ia turun dari tempat tidur, tetapi aku tetap di tempat tidur karena malas. Dalam keremangan lampu 5 watt, kulirik Mas Ton kakak iparku yang masih kelihatan tidur pulas di sebelahku tanpa terhalang oleh tubuh Mbak Rani, walaupun jarak kami cukup jauh.Dalam tidurnya yang telentang dengan mengenakan piyama warna abu-abu, tanpa sengaja kulihat ke arah selangkangannya.
Kulihat sesuatu yang mencuat
tinggi dari balik celananya. Hatiku berdesir ada perasaan hangat menyelusuri
tubuhku, kutahan nafasku. Aku tidak berani bergerak dan aku tetap pura-pura
tidur walaupun kupincingkan mataku untuk menikmati pemandangan yang syuur
itu.Tiba-tiba Mas Ton membalikkan badan menghadap ke arahku, kupejamkan mataku.
Aku pura-pura masih tertidur lelap. Tiba-tiba kurasakan tubuh Mas Ton
digeserkan mendekatiku, entah disengaja atau tidak, tetapi gerakannya sangat
hati-hati, mungkin takut aku terbangun.
Aku tetap pura-pura masih tidur dalam posisi telentang,
jantungku berdegup keras, aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Kuatur
nafasku, ingin rasanya aku melompat turun dan keluar kamar. Tetapi desiran
hangat yang mempercepat peredaran darahku membuatku mengurungkan niatku. Tangan
Mas Ton seperti tanpa sengaja menempel ke tanganku, aku tetap tidak bergerak.
Tidak berapa lama, kurasakan tangannya menindih tanganku, dan itu cukup lama
sampai aku bingun harus berbuat apa. Ketika dilihatnya aku diam saja, kurasakan
dia mulai mengelus lengan dengan lembut dan kurasakan kehangatan yang sangat
menyenangkan.
Tangannya terus mengelus ke atas leherku, aku menahan
kegelian. Melihatku diam saja, Mas Ton semakin berani dan tangannya mulai turun
untuk meraba-raba buah dadaku dari luar daster. Tidak lama kemudian, tali
daster dan tali BH-ku diturunkan dan tangannya menerobos masuk ke dalam buah
dadaku. Aku menggelinjang ketika jarinya meremas buah dadaku dengan lembut, dan
mengelus-elus puting susuku. Nafasku memburu, aku makin terangsang, bahkan Mas
Ton tanpa sadar telah merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Kaki kirinya telah
menindih kedua lututku yang diam tak dapat berontak, karena hasratku membuatku
bingung. Kurasakan batang kemaluannya yang telah mengeras di balik piyamanya
menempel ketat di pinggul kiriku. Dan aku masih pura-pura tidur.
Baca Juga : Mahasiswi Menikmati Kemaluan Besar Dari Seorang Mahasiswa
Dilepaskan tangannya dari BH-ku, tangan kirinya merayap di
pahaku, lalu menyusup di bawah daster dan mengelus paha atas bagian dalam dan
akhirnya berhenti di pangkal paha. Dielusnya dengan lembut bibir kemaluanku
yang masih rapat terbungkus dengan celana dalam, kurasakan kehangat dan
perasaan nikmat mengalir di dalam dinding kemaluanku. Elusan di atas celana di
depan vagina, kadang-kadang diselipkan jari tanganya dari samping celanaku
membuat dinding vaginaku berdenyut lembut dan enak. Aku merasakan bahwa
kepunyaanku sudah basah. Tiba saatnya Mas Ton memasukkan tangan kirinya ke
dalam celanaku melalui pusar, ketika itu aku sadar dan aku takut kalau Mbak
Rani tiba-tiba masuk, maka kupegang tangannya dan kutahan agar Mas Ton tidak
meneruskan niatnya. Tetapi tangannya tidak mau keluar dari celanaku dan aku
tetap menahannya.
Kubuka mataku, kutatap wajahnya. Mas Ton tersenyum, tetapi
aku tidak dapat membalas senyumnya. Aku ingin marah kepadanya atas
kelancangannya, tetapi aku tidak dapat, karena dalam gejolak rangsangan yang
membuaiku sebenarnya aku sudah kehilangan rasioku. Aku menikmatinya dan
penolakanku lebih bersifat kekhawatiranku akan munculnya Mbak Rani dari pintu
kamar yang tidak terkunci. Dalam keadaan demikian kuarahkan pandanganku ke
pintu kamar. Mas Ton menangkap apa yang kumaksud.
Ditariknya tangannya dari celanaku, dan dia segera turun
dari tempat tidur dan segera menguncipintu kamar. Aku tidak tahu apa yang harus
kuperbuat, seharusnya aku bangun dari tempat tidur dan segera keluar kamar,
sehingga dapat terhindar dari perbuatan Mas Ton yang lancang itu,tetapi tidak.
Bagian dalam vaginaku masih berdenyut dengan lembut, aliran darahku dan
birahiku masih belum turun dari kepala. Sensasi ini belum pernah terjadi
sebelumnya, bahkan dengan pacarku saja aku masih sebatas bergandengan tangan
saja. Entah apa yang kubayangkan saat itu.
Kubalikkan tubuhku menghadap tembok membelakangi Mas Ton
yang kembali dari arah pintu. Direbahkannya tubuhnya rapat di belakangku sambil
menarik pundakku ke arahnya, sehingga aku kembali dalam posisi telentang dan
dia mencoba menciumku, tetapi aku menghindar dari ciumannya. Kugelengkan kepala
ke kiri dan ke kanan, sampai akhirnya Mas Ton bisa menangkap mulutku dengan
mulutnya. Saat itu aku sudah tidak dapat lagi menahan kuasa nafsu birahi dari
dalam tubuhku yang masih perawan ini.
Itulah pertama kalinya aku dicium oleh seorang laki-laki,
aku masih bodoh ketika dia menyedot dan menjilat bibirku. Aku tidak memberikan
tanggapan yang seharusnya wanita berikan ketika dicumbu seorang lelaki, aku
masih kaget, nafasku tidak beraturan, tetapi nafsuku bangkit kembali. Tanpa
sadar kupeluk pundaknya erat-erat ketika tangannya meremas-remas buah dadaku.
Kurasakan payudaraku mulai mengeras, apalagi ketika puting susuku dipelintir ke
kanan dan ke kiri berulang-ulang dengan lembut. Sensasinya sungguh diluar
dugaanku.
Ketika bibirnya mulai menjalar ke leherku, tangannya pindah dari dada ke arah selangkangan, kubiarkan Mas Ton membuka ujung bawah daster dan menelusup ke bawah celana dalam. Diusap-usapnya rambut kemaluanku untuk beberapa lama, dan kemudian jari tangannya mulai terasa menggesek dinding vagina dan kemudian ke atas ke arah klitoris. Aaahhh.., ada rasa ngilu yang sangat nikmat. Beberapa lama jarinya mengelus dan menggeletarkan klitorisku, tanpa sadar kuikuti iramanya dengan menggoyang pingulku. Kenikmatan sudah menjalar ke seluruh kelamin, ke pinggul dan bahkan ke bagian pantatku. Aduh nikmat sekali.
Aku merintih dan mendesah pelan penuh kenikmatan. Ketika Mas Ton menarik tangannya dari dalam celana, aku merasa kecewa, ternyata tidak, ia ternyata melepaskan celananya ke bawah sehingga batang kejantanannya yang telah berdiri dengan kokoh menyeruak keluar. Kepala yang membesar telah mengkilat. Dibimbingnya dengan lembut tangan kiriku ke arah batang kejantanannya dan aku tidak kuasa lagi menolaknya. Kugenggam dan kuremas-remas dengan lembut batang panjangnya. Inilah pertama kalinya aku melihat sekaligus menyentuh alat kelamin seorang laki-laki. Dadaku bergetar penuh birahi, kemudian ketika jarinya kembali memainkan klitorisku, sedang jari lainnya semakin masuk ke dalam liang senggamaku, maka kukocok batang kejantanannya semakin cepat.
Kudengar nafasnya memburu disertai desis yang pendek dari mulutnya. Dinding dalam liang kewanitaanku berdenyut semakin dalam. Kujepit jarinya dengan bibir bawahku, aku tidak tahan lagi, kenikmatan sudah menjalar hingga ujung rambut. Tiba-tiba denyutan yang kuat datang dari arah liang rahimku. Aku menahan nafas, aku menggelinjang dan kujepit jarinya dengan kuat. Aku telah mencapai puncak, liang kewanitaanku berkedut-kedut dengan kuat. Aahhh.., dan pada saat yang hampir bersamaan, Mas Ton menekankan pinggulnya ke pahaku, dan batang kemaluan yang berada dalam genggamanku terasa berkedut-kedut dengan kuat, dan kurasakan air maninya memancar dan membasahi pahaku.
“Aaahhh..,” hanya desisan yang dapat kukeluarkan dari mulutku.
Baca Juga : Entot Bidan Muda Di Bawah Pengaruh Obat Perangsang
Beberapa detik aku tergeletak dengan lemas berdampingan
dengan tubuh hangatnya Mas Ton. Dengan malas aku bangun, kubuka pintu kamar dan
segera aku ke kamar mandi. Aku takut bertemu Mbak Rani yang masih sibuk di
dapur menyiapkan sarapan pagi kami.
Saat di kamar mandi, aku sempat membayangkan sensasi
kenikmatan yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Ada perasaan senang
bercampur dengan perasaan takut bergejolak di dalam diriku saat kubersihkan
kemaluanku di kamar mandi. Mas Ton masih telentang di tempat tidur sambil
tersenyum menatap wajahku ketika aku keluar dari kamar mandi dan langsung
menuju ke dapur membantu Mbak Rani yang tidak mengetahui adanya sensasi indah
di kamar itu.
Hari itu juga kuputuskan aku harus kembali ke kotaku, aku
tidak mau hal itu terjadi lagi. Bukan aku tidak menyukainya, tetapi aku tidak
ingin rumah tangga kakakku menjadi berantakan gara-gara kehadiranku yang
membangkitkan birahi suaminya. Mbak Rani kaget ketika aku pamitan untuk pulang.
Aku memberikan alasan bahwa ada tugas kuliah yang lupa kuselesaikan. Meskipun
apa yang kulalui saat itu tidak merusak keperawanan yang kumiliki, tetapi itu
merupakan pengalaman pertamaku dalam menikmati sensasi seks yang sebenarnya.
TH
Post A Comment:
0 comments: